Selasa, 28 Juni 2011

PANDANGAN MONUMENTAL TENTANG TASAWUF


Pandangan paling monumental tentang Tasauf justru dari Abul Qasim Al-Qusyairy an-Naisabury, seorang Ulama sufi abad ke 4 hijriyah. Al-Qusyairy sebenarnya lebih mengumpulkan dari seluruh pandangan Ulama Sufi sebelumnya, sekaligus menepis bahawa definisi Tasauf atau Sufi muncul melalui akar-akar historis, akar bahasa, akar intelektual dan filsafat di luar dunia Islam. Walaupun tidak secara transparan Al-Qusyairy menyebutkan definisinya, tetapi dengan mengangkat sejumlah wacana para tokoh Sufi, menunjukkan betapa Sufi dan Tasauf tidak dikaitkan dengan sejumlah etimologi maupun sebuah tradisi yang nantinya kembali pada akar Sufi.

Dalam penyusunan buku Ar-Risalatul Qusyairiyah misalnya, ia menegaskan bahawa apa yang ditulis dalam risalah tersebut untuk menunjukkan kepada mereka yang salah faham terhadap Tasauf, semata-mata kerana kebodohannya terhadap hakikat Tasauf itu sendiri. Menurutnya Tasauf merupakan bentuk amaliyah, ruh, rasa dan pekerti dalam Islam itu sendiri. RUHNYA ADALAH FRIMAN ALLAH SWT.:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya rugilah orang-orang yang mengotorinya.,” (Q.s. Asy-Syams: 7-8)

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri dan dia berdzikir nama Tuhannya lalu dia solat.” (Q.s. Al-A’laa: 14-15)

“ Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang alpa.” (Q.s. Al-A’raaf: 205)

“Dan bertaqwalah kepada Allah; dan Allah mengajarimu (memberi ilmu); dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.s. Al-Baqarah : 282)

SABDA NABI SAW:
“Ihsan adalah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu” (H.r. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i)
Tasauf pada prinsipnya bukanlah tambahan terhadap Al-Qur’an dan hadits, justru Tasauf adalah impklementasi dari sebuah kerangka agung Islam.
Secara lebih terperinci, Al-Qusyairy meyebutkan beberapa definisi dari para Sufi besar:

MUHAMMAD AL-JURAIRY:
“Tasauf bererti memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang tercela.”

AL-JUNAID AL-BAGHDADY:
“Tasauf ertinya Allah mematikan dirimu dari dirimu, dan menghidupkan dirimu bersama denganNya.”
“Tasauf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah swt. Tanpa terikat dengan apa pun.”
“Tasauf adalah perang tanpa kompromi.”
“Tasauf adalah anggota dari satu keluarga yang tidak boleh dimasuki oleh orang-orang selain mereka.”
“Tasauf adalah dzikir bersama, ekstase yang diserta sama’, dan tindakan yang berpandukan Sunnah Nabi.”
“Kaum Sufi seperti bumi, yang diinjak oleh orang soleh maupun pendosa; juga seperti mendung, yang memayungi segala yang ada; seperti air hujan, mengairi segala sesuatu.”
“ Jika engkau meliuhat Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriyahnya, maka ketahuilah bahawa wujud batinnya rosak.”

AL-HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ:
“Sufi adalah kesendirianku dengan Dzat, tak seorang pun menerimanya dan juga tidak menerima siapa pun.”

ABU HAMZAH AL-BAGHDADY:

“Tanda Sufi yang benar adalah dia menjadi miskin setelah kaya, hina setelah mulia, bersembunyi setelah terkenal. Sedang tanda Sufi yang palsu adalah dia menjadi kaya setelah miskin, dapat penghormatan tertinggi setelah mengalami kehinaan, menjadi masyhur setelah tidak dikenali.”

AMR BIN UTSMAN AL-MAKKY:
“Tasauf adalah si hamba berbuat sesuai dengan apa yang paling baik saat itu.”

MOHAMMAD BIN ALI AL-QASHSHAB:
“Tasauf adalah akhlak mulia, dari orang yang mulia di tengah-tengah kaum yang mulia.”

SAMNUN:
“Tasauf bererti engkau tidak memiliki apa pun, tidak pula dimiliki apapun.”

RUWAIM BIN AHMAD:
“Tasauf ertinya menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan apa pun yang dikehendakiNya.”
“Tasauf didasarkan pada tiga sifat: memeluk kemiskinan dan kefakiran, mencapai sifat hakikat dengan memberi, dengan mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri dan meninggalkan sikap kontra, dan memilih.”

MA’RUF AL-KARKHY:
“Tasauf ertinya, memihak pada hakikat-hakikat dan memutuskan harapan dari semua yang ada pada makhluk”.

HAMDUN AL-QASHSHSAR:
“Bersahabatlah dengan para Sufi, kerana mereka melihat dengan alasan-alasan untuk memaafkan perbuatan-perbuatan yang tak baik, dan bagi mereka perbuatan-perbuatan baik pun bukan suatu yang besar, bahkan mereka bukan menganggapmu besar kerana mengerjakan kebaikan itu.”

AL-KHARRAZ:
“Mereka adalah kelompok manusia yang mengalami kelapangan jiwa yang mencampakkan segala milik mereka sampai mereka kehilangan segala-galanya. Mereka diseru oleh rahsia-rahsia yang lebih dekat di hatinya, ingatlah, menangislah kalian kerana kami.”

SAHL BIN ABDULLAH:

“Sufi adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis.”

AHMAD AN-NUURY:
“Tanda orang Sufi adalah ia rela manakala tidak punya, dan peduli orang lain ketika ada.”

MUHAMMAD BIN ALI KATTANY:
“Tasauf adalah akhlak yang baik, barangsiapa yang melebihimu dalam akhlak yang baik, berarti ia melebihimu dalam Tasauf.”

AHMAD BIN MUHAMMAD AR-RUDZBARY:
“Tasauf adalah tinggal di pintu Sang Kekasih, sekali pun engklau diusir.”
“Tasauf adalah Sucinya Taqarrub, setelah kotornya berjauhan denganya.”

ABU BAKR ASY-SYIBLY:
“Tasauf adalah duduk bersama Allah swt. tanpa hasrat.” “Sufi terpisah dari manusia, dan bersambung dengan Allah swt. sebagaimana difirmankan Allah swt, kepada Musa, “Dan Aku telah memilihmu untuk DiriKu” (Thoha: 41) dan memutuskannya dari yang lain. Kemudian Allah swt. berfirman kepadanya, “Engkau tak akan melihatKu.”
“Para Sufi adalah anak-anak di pangkuan Tuhan Yang Haq.”
“Tasauf adalah kilat yang menyala, dan Tasauf terlindung dari memandang makhluk.”
“Sufi disebut Sufi karana adanya sesuatu yang membekas pada jiwa mereka. Jika bukan demikian halnya, niscaya tidak akan ada nama yang dilekatkan pada mereka.”

AL-JURAIRY:
“Tasauf berarti kesadaran atas keadaaan diri sendiri dan berpegang pada adab.”

AL-MUZAYYIN:
“Tasauf adalah kepasrahan kepada Al-Haq.”

ASKAR AN-NAKHSYABY:
“Orang Sufi tidaklah dikotori suatu apa pun, tetapi menyucikan segalanya.”

DZUN NUUN AL-MISHRY:

“Kaum Sufi adalah mereka yang mengutamakan Allah swt. diatas segala-galanya dan yang diutamakan oleh Allah di atas segala makhluk yang ada.”

MUHAMMAD AL-WASITHY:
“Mula-mula para Sufi diberi isyarat, kemudian menjadi gerakan-gerakan, dan sekarang tak ada sesuatu pun yang tinggal selain kesedihan.”

ABU NASHR AS-SARRAJ ATH-THUSY:

“Aku bertanya kepada Ali al-Hushry, siapakah, yang menurutmu Sufi itu? ” Lalu ia menjawab, “Yang tidak di bawa bumi dan tidak dinaungi langit.” Dengan ucapannya menurut saya, ia merujuk kepada keleburan.”

AHMAD IBNUL JALLA’:
“Kita tidak mengenal mereka melalui prasyarat ilmiyah, namun kita tahu bahawa mereka adalah orang-orang yang miskin, sama sekali tidak memiliki sarana-sarana duniawi. Mereka bersama Allah swt. tanpa terikat pada suatu tempat tetapi Allah swt, tidak menghalanginya dari mengenal semua tempat. Karananya dia disebut Sufi.”

ABU YA’QUB AL-MADZABILY:
“Tasauf adalah keadaan dimana semuanribut kemanusiaan terhapus.”

ABUL HASAN AS-SIRWANY:
“Sufi yang bersama ilham, bukan dengan wirid yang menyertainya.”

ABU ALI AD-DAQQAQ:

“Yang terbaik untuk diucapkan tentang masalah ini adalah, “Inilah jalan yang tidak cocok kecuali bagi kaum yang jiwanya telah digunakan Allah swt, untuk menyapu kotoran binatang.”
“Seandainya sang fakir tak punya apa-apa lagi kecuali hanya ruhnya, dan ruhnya ditawarkannya pada anjing-anjing di pintu ini, niscaya tak seekor pun yang menaruh perhatian padanya.”

ABU SAHL ASH-SHA’LUKI:
“Tasauf adalah berpaling dari sikap menentang ketetapan Allah.”
Dari seluruh pandangan para Sufi itulah akhirnya Al-Qusayiry menyimpulkan bahwa Sufi dan Tasauf memiliki terminologi tersendiri, sama sekali tidak berawal dari etimologi, karana standar gramatika Arab untuk akar kata tersebut gagal membuktikannya.
Hasil: Dari seluruh definisi itu, semuanya membuktikan adanya adab hubungan antara hamba dengan Allah swt, dan hubungan antara hamba dengan sesamanya. Dengan kata lain, Tasauf merupakan wujud cinta seorang hamba kepada Allah dan RasulNya, pengakuan diri akan haknya sebagai hama dan haknya terhadap sesama di dalam amal kehidupan.

TERMINOLOGI TASAUF
Di dalam dunia Tasauf muncul sejumlah istilah-istilah yang sangat populer, dan menjadi terminologi tersendiri dalam disiplin pengetahuan. Dari istilah-istilah tersebut sebenarnya merupakan saranan untuk memudahkan para pemeluk dunia Sufi untuk memahami lebih dalam. Istilah-istilah dalam dunia Sufi, semuanya didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Karana sejumlah ensiklopedia Tasauf untuk memahami sejumlah terminologinya, sebagaimana di bawah ini, yaitu:

Ma’rifatullah, Al-Waqt, Maqam, Haal, Qabdh dan Basth, Haibah dan Uns, Tawajud – Wajd – Wujud, Jam’ dan Farq, Fana’ dan Baqa’, Ghaibah dan Hudhur, Shahw dan Sukr, Dzauq dan Syurb, Mahw dan Itsbat, Sitr dan Tajalli, Muhadharah, Mukasyafah dan Musyahadah, Lawaih, Lawami’ dan Thawali’, Buwadah dan Hujum, Talwin dan Tamkin, Qurb dan Bu’d, Syari’at dan Hakikat, Nafas, Al-Khawathir, Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin, Warid, Syahid, Nafsu, Ruh, Sirr, dan yang lainnya.
Kemudian istilah-istilah yang masuk kategori Maqomat (tahapan) dalam Tasauf, antara lain:

Taubat, Mujahadah, Khalwat, Uzlah, Taqwa, Wara’, Zuhud, Diam, Khauf, Raja’, Huzn, Lapar dan Meninggalkan Syahwat, Khusyu’ dan Tawadhu’, Jihadun Nafs, Dengki, Pergunjingan, Qana’ah, Tawakkal, Syukur, Yakin, Sabar, Muraqabah, Ridha, Ubudiyah, Istiqamah, Ikhlas, Kejujuran, Malu, Kebebasan, Dzikir, Futuwwah, Firasat, Akhlaq, Kedermawaan, Ghirah, Kewalian, Doa, Kefakiran, Tasauf, Adab, Persahabatn, Tauhid, Keluar dari Dunia, Cinta, Rindu, Mursyid, Sama’, Murid, Murad, Karomah, Mimpi, Tarekat, Hakikat, Salik, Abid, Arif, dan seterusnya.

Seluruh istilah tersebut biasanya menjadi tema-tema dalam kitab-kitab Tasauf, kerana perilaku para Sufi tidak lepas dari substansi dibalik istilah-sitilah itu semua, dan nantinya di balik istilah tersebut selain ada substansi, juga mengandung prihal-prihal jalan ruhani itu sendiri.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda